Mendaki gunung belakangan ini menjadi sebuah trend yang terjadi di Indonesia. Semua orang ingin melakukannya, remaja hingga dewasa. Bahkan yang dulu muda hobby mendaki, di masa tua jadi kepingin mendaki lagi. Foto-foto narsis yang beredar di jejaring sosial menjadi racun yang cepat menjalar, membuat penasaran orang-orang yang melihatnya dan kemudian berkeinginan pula untuk berfoto di lokasi yang sama.
Apalagi dicontohkan dalam film bertema naik gunung, bersama sahabat naik gunung dengan berbekal seadaanya dan tanpa koordinasi dan persiapan. Bahkan ada film yang mendaki dengan memakai hotpants dan tanktop. Hmmm…. (-_-)
Apalagi dicontohkan dalam film bertema naik gunung, bersama sahabat naik gunung dengan berbekal seadaanya dan tanpa koordinasi dan persiapan. Bahkan ada film yang mendaki dengan memakai hotpants dan tanktop. Hmmm…. (-_-)
Masalahnya, tidak semua orang tahu bagaimana mempersiapkan naik gunung dan kemungkinan-kemungkinan buruk yang akan terjadi serta bagaimana cara menghadapinya. Akibatnya, kecelakaan di gunung pun kerap terjadi, mulai dari hipotermia hingga tersesat kemudian hilang di gunung.
Tak jarang kita sering mendengar berita tentang pendaki yang tersesat di gunung. Baik yang bisa ditemukan kembali maupun yang hilang tidak ditemukan sama sekali oleh tim SAR. Pendaki yang ditemukan pun dengan berbagai macam keadaannya, baik dalam kondisi masih bernyawa maupun dalam kondisi tak bernyawa. Siapa yang mau pendakian yang menyenangkan dan mendebarkan berakhir dengan jasad yang ditemukan Tim SAR?
Perlu diingat, mendaki gunung tidaklah cukup hanya bermodalkan kekuatan fisik semata. Seorang pendaki gunung harus dibekali pengetahuan yang cukup. Tak jarang orang yang tersesat digunung hingga beberapa hari bahkan sampai meninggal karena minimnya pengetahuan tentang mendaki.
Lalu apa yang akan kita lakukan ketika tersesat digunung?
1. Amati dan Ingat-Ingat Keadaan Alam Sekitar
Selama dalam pendakian, ada baiknya memperhatikan keadaan alam sekitar yang bisa dijadikan tanda yang tidak mudah dilupakan, seperti tumpukan batu raksasa, pohon besar dan tinggi, pohon tumbang aliran sungai dan titik ketinggian seperti bukit atau puncak. Tanda-tanda alam tersebut bisa digunakan sebagai rambu pemandu kejalur semula bila kebetulan tersesat.
2. Jangan Panik
Bila kita sudah menyadari telah salah jalur atau tersesat, yang pertama harus kita lakukan adalah jangan panik. Kebanyakan pendaki akan mulai panik jika menyadari dirinya tersesat. Dalam kondisi seperti ini keadaan mental akan menurun dan daya pikir pun akan berkurang yang berujung terhadap keputus-asaan. Untuk itu kendalikan diri terlebih dahulu, duduk dan beristirahatlah sejenak. Salah satu cara untuk menghilangkan keadaan panik seperti ini adalah dengan makan dan minum.
Coba berpikir dengan jernih, buang jauh-jauh perasaan panik dan takut. Jangan berpikir buruk. Berpikirlah semangat untuk hidup. Dengan semangat ini akan tumbuh kekuatan, pantang menyerah dalam menghadapi permasalahan sesulit apapun.
Terus berjalan dalam keadaan lelah dan tak tahu arah akan membuat pikiran tak karuan, maka dari itu ketika kondisi yang ada sudah sangat tak kondusif, pilihlah untuk berhenti agar pikiran jernih kembali. Hal ini harus dilakukan agar terhindar dari salah pengambilan keputusan yang sangat fatal.
Jika anda tersesat dalam satu kelompok, pastikan tidak ada satu orang pun yang panik karena jika satu orang saja panik maka kondisi tersebut akan berpengaruh terhadap orang yang lainnya.
Coba berpikir dengan jernih, buang jauh-jauh perasaan panik dan takut. Jangan berpikir buruk. Berpikirlah semangat untuk hidup. Dengan semangat ini akan tumbuh kekuatan, pantang menyerah dalam menghadapi permasalahan sesulit apapun.
Terus berjalan dalam keadaan lelah dan tak tahu arah akan membuat pikiran tak karuan, maka dari itu ketika kondisi yang ada sudah sangat tak kondusif, pilihlah untuk berhenti agar pikiran jernih kembali. Hal ini harus dilakukan agar terhindar dari salah pengambilan keputusan yang sangat fatal.
Jika anda tersesat dalam satu kelompok, pastikan tidak ada satu orang pun yang panik karena jika satu orang saja panik maka kondisi tersebut akan berpengaruh terhadap orang yang lainnya.
3. Tetap Tenang
Setelah tenang, coba ingat kembali jalur yang dilalui sebelum tersesat dan apa yang menyebabkan tersesat. Cari juga petunjuk yang mungkin dapat memprediksi lokasi ketika tersesat, seperti pada point no 1. Disinilah pentingnya ketika mendaki membawa peralatan navigasi seperti kompas, altimeter dan peta untuk membantu menentukan lokasi kita berdiri.
Biasanya, ketika berada pada suatu ketinggian, tiba-tiba mendengar suara musik, suara azan, suara deru motor, atau melihat cahaya lampu yang seolah-olah jaraknya tidak jauh, apalagi pada malam hari. Sebenarnya kondisi seperti itu hanya tipuan pada pendengaran dan penglihatan, ketika kondisi fisik sudah melemah dan mental menurun.
Oleh karena itu, timbul keinginan untuk secepatnya menuju kearah datangnya suara atau sinar tadi. Tanpa disadari kita sudah keluar dari jalur yang mengakibatkan terjebak pada situasi medan yang menyesatkan. Jangan coba-coba melakukan jalan pintas atau potong kompas kalau tidak tahu tehniknya, apalagi bila tidak membawa peta dan kompas.
Perjalanan yang menyesatkan bisa juga karena mengikuti aliran sungai. Memang betul aliran sungai dari gunung akan mengalir kedataran rendah, mungkin juga melintasi sebuah perkampungan penduduk. Tapi harus diingat bahwa aliran sungai umumnya memiliki jeram atau air terjun yang dapat menyulitakan bahkan menyesatkan. Sungai ini pun menjadi tempat minum binatang liar yang bisa membahayakan kita.
4. Beri Tanda Pada Tempat Terakhir
Berilah tanda lokasi istirahat dengan tanda yang mencolok/mudah diingat, seperti mengikat batang/ranting atau mematahkan beberapa ranting pohon/perdu. Untuk mempermudah apabila melintasi hutan yang belum pernah dilewati, gunakanlah string text, string line, atau penunjuk arah (pemberi jejak) yang lain yang bisa ditempatkan pada pohon, ranting, atau tanah. Hal ini juga mempermudah penolong dalam mengetahui keberadaan kita.
5. Cari Jalur Pendakian
Dari lokasi istirahat yang telah diberi tanda tadi, cobalah berjalan kearah empat penjuru mata angin selama 15-20 menit. Bila belum ditemukan jalur resmi pada satu arah mata angin, berilah tanda jejak pada lokasi tersebut dan kembalilah kelokasi semula istirahat. Hal ini penting dilakukan, untuk memberi tanda kepada tim pencari agar memudahkan mendapat tanda-tanda dari kita.
6. Dirikan Tenda Sementara
Bila tidak cukup waktu atau hari sudah menjelang gelap, sebaiknya mulai mendirikan tenda atau bivak dari ponco/jas hujan. Jika tidak membawa tenda/ponco, bisa mencari tempat berlindung alam semisal gua, lubang pohon, atau cerukan tanah. Pelindung buatan bisa dengan menggunakan ranting pohon dan dedaunan.
Jangan memaksakan diri melakukan pencarian jalur resmi dimalam hari, lebih baik digunakan untuk istirahat dan menambah kalori dengan makan dan minum. Baru keesokan harinya bisa dilanjutkan pencarian jalurnya.
Disini, periksa persediaan makanan dan air, perhitungkan cukup untuk bertahan berapa lama dan lakukan penghematan yang tepat. Kondisi tubuh dan tim juga harus dipertimbangkan sebaik mungkin. Jadi bertahanlah, hari esok masih ada.
Disituasi ini, sangat dibutuhkan kelengkapan logistik, alat pendakian, seperti baju hangat, sleeping bag, peralatan memasak dan tenda untuk kenyamanan pendakian. Terkadang pendaki meremehkan dengan membawa peralatan seadanya, bergantung pada orang lain. Toh bisa sharing atau minta bantuan jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Jangan egois, esensi mendaki adalah bukan sekedar menggapai puncak, tapi pulang dengan selamat.
Ingat, Hampir 80 persen pencinta alam mati di gunung dalam posisi istirahat. Karena sewaktu lelah, pendaki itu tidur dengan badan yang tidak terisolasi dan cuaca sekeliling lebih rendah.
7. Cari Makanan Dari Alam Sekitar
Jika logistik makanan dan minuman terbatas, alam bebas memiliki sumber yang berlimpah. Air bisa didapatkan dari sungai, hujan, tumbuhan rambat atau berdaun lebar, dan embun. Jangan sekali-kali mengambil air tergenang di rawa terutama yang berwarna hitam dan kehijau-hijauan.
Ciri-ciri air aman diminum adalah airnya bening dan di dalamnya terdapat tanda-tanda kehidupan, jika di dalam air tersebut terdapat jentik-jentik nyamuk ataupun sebangsa ikan, itu berarti air aman untuk kita minum. Jangan sekali-kali sobat mencoba meminum air yang ada di hutan rimba tanpa adanya tanda kehidupan di dalam air tersebut, bisa jadi air itu berbahaya, atau beracun yang menyebabkan tidak ada hewan atau makhluk yang hidup.
Batang bambu dan batang pohon pisang adalah salah satu tempat untuk mendapatkan air segar juga.
Makanan yang bisa dimakan bisa berasal dari tumbuhan dengan ciri-ciri warnanya tidak mencolok, tidak hidup menyendiri, getahnya tidak berasa gatal, dan dikelilingi binatang. Makanan juga bisa berasal dari binatang misalnya babi hutan, semua jenis unggas terutama telurnya, katak hijau, belalang, cacing sondari, ikan, udang, tikus, biawak, kadal, dan ular. Khusus untuk ular, satu jengkal dari kepala dan buntutnya dibuang.
Di gunungpun banyak bisa kita jumpai buah-buahan. Ciri buah beracun itu tentunya dengan rasanya yang pahit atau berwarna kebiru-biruan bahkan ke ungu, dan jika dia mateng atau sudah ranum. Tak ada satupun hewan memakanya, termasuk serangga kecil. Jika buah yang aman di konsumsi adalah buah dengan rasa asam atau manis, jika buah itu matang dan ada bekas hewan memakan tentu aman juga kita makan. Hewan yang bisa jadi patokan adalah tupai, kelelawar, burung, dan yang paling ampuh memilih makanan beracun atau tidak adalah kera/monyet.
Ciri-ciri air aman diminum adalah airnya bening dan di dalamnya terdapat tanda-tanda kehidupan, jika di dalam air tersebut terdapat jentik-jentik nyamuk ataupun sebangsa ikan, itu berarti air aman untuk kita minum. Jangan sekali-kali sobat mencoba meminum air yang ada di hutan rimba tanpa adanya tanda kehidupan di dalam air tersebut, bisa jadi air itu berbahaya, atau beracun yang menyebabkan tidak ada hewan atau makhluk yang hidup.
Batang bambu dan batang pohon pisang adalah salah satu tempat untuk mendapatkan air segar juga.
Makanan yang bisa dimakan bisa berasal dari tumbuhan dengan ciri-ciri warnanya tidak mencolok, tidak hidup menyendiri, getahnya tidak berasa gatal, dan dikelilingi binatang. Makanan juga bisa berasal dari binatang misalnya babi hutan, semua jenis unggas terutama telurnya, katak hijau, belalang, cacing sondari, ikan, udang, tikus, biawak, kadal, dan ular. Khusus untuk ular, satu jengkal dari kepala dan buntutnya dibuang.
Di gunungpun banyak bisa kita jumpai buah-buahan. Ciri buah beracun itu tentunya dengan rasanya yang pahit atau berwarna kebiru-biruan bahkan ke ungu, dan jika dia mateng atau sudah ranum. Tak ada satupun hewan memakanya, termasuk serangga kecil. Jika buah yang aman di konsumsi adalah buah dengan rasa asam atau manis, jika buah itu matang dan ada bekas hewan memakan tentu aman juga kita makan. Hewan yang bisa jadi patokan adalah tupai, kelelawar, burung, dan yang paling ampuh memilih makanan beracun atau tidak adalah kera/monyet.
8. Buat Api Dimalam Hari
Ketika malam, buatlah api. Api berguna dalam memberi penerangan, penghangat tubuh, memasak, menghindari binatang buas, dan penghilang rasa takut. Selain itu api berguna sebagai alat komunikasi (isyarat) dan mempermudah penolong dalam mencari kita.
9.Naik Ke Dataran Lebih Tinggi
Gunung memiliki bagian atas yang lebih sempit dibandingkan di bawah. Sehingga bila tersesat cobalah terus naik ke atas, daerah akan semakin sempit sehingga mempermudah pencarian jalur yang benar. Turun ke bawah belum tentu akan menemukan desa. Ketika berada di ketinggian, mungkin bisa menemukan dataran yang lebih lapang, sehingga mempermudah orbservasi dalam menemukan jalur yang diinginkan. Selain itu semua jalur pendakian akan bertemu di puncak sehingga dapat menemukan jalur yang diinginkan untuk turun.
10. Tetap DI Tempat
Jika semua usaha yang telah dilakukan tidak berhasil, atau terlalu takut untuk mencoba mencari jalan keluar, maka pilihan paling rasional adalah diam di tempat berada atau mencari tempat yang cukup nyaman (dekat sumber air) untuk didiami saat menunggu bantuan regu penyelamat. Persiapan perbekalan yang banyak akan memberikan waktu lebih panjang untuk menunggu bantuan.
Ingat, keberhasilan dari suatu pendakian atau ekspedisi tergantung dari Persiapan dari perencanaan itu sendiri. 50% adalah hal tersebut, sisanya adalah implementasi perencanaan tersebut di lapangan.(Sumber: https://indonesia360derajat.wordpress.com/2015/08/11/tersesat-di-gunung-ini-yang-harus-kamu-lakukan)
0 Response to "Tips Aman Saat Tersesat Di Gunung"
Posting Komentar